Kupatan merupakan salah satu tradisi Jawa yang berlangsung satu Minggu setelah hari raya Idul Fitri. Dinamakan kupatan karena sebagian besar masyarakat jawa membuat kupat (ketupat) pada hari raya ke-8.
Tradisi ini sangat terasa jika kita berada di kota Kudus, Jepara, Pati, Demak dan sekitarnya. Pasalnya dihari kupatan— raya ke-8— masyarakat Kudus dan sekitar merayakan kupatan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu, misalnya adalah pantai Kartini dan Bandengan Jepara. Pantai tersebut sampai sekarang masih menjadi tempat favorit untuk menghabiskan hari raya kupatan.
Tradisi ini sangat terasa jika kita berada di kota Kudus, Jepara, Pati, Demak dan sekitarnya. Pasalnya dihari kupatan— raya ke-8— masyarakat Kudus dan sekitar merayakan kupatan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu, misalnya adalah pantai Kartini dan Bandengan Jepara. Pantai tersebut sampai sekarang masih menjadi tempat favorit untuk menghabiskan hari raya kupatan.
Bila di kota Kudus terdpt tradisi hampir mirip dengan dandangan—pasar malam di sekitar menara Kudus dalam rangka untuk menyambut bulan Ramadhan—di daerah Gulan, Kudus. Selai itu Kudus juga mempunyai tempat yang digunakan untuk menghabiskan hari raya kupatan selain dua pantai di Jepara yaitu sendang jodoh—lokasi tempat les Djarum cabang Jambean—dan Bulusan. Sendang Jodoh dan Bulusan dipercaya—sebagian masyarakat—sebagai tempat ritual pemandian dengan harapan mendapatkan jodoh bagi para muda-mudi.
Selain itu, di Colo, kecamatan Dawe Kudus, thun 1431H—kupatan tahun 2010—ini adalah tahun ketiga memperingati kupatan dengan merayakan upacara seribu kupat—dan masuk MURI. Dimana kupat yang berjumlah seribu tersebut di arak sekeliling desa Colo—makam Sunan Muria—kemudian di bacakan doa oleh ulama dan kemudian dibagikan kepada masyarakat, biasanya masyarakat yang saling berebut ketupat karena dipercaya membawa berkah.
Entah kapan mulai tubuh dan berkembangnya tradisi kupatan dan apa makna filosofi dari perayaan tradisi tersebut. Ada yang berpendapat bahwa kupatan merupakan hari rayanya orang yang berpuasa 6 hari pada satu Minggu setelah lebaran hari pertama (tanggal 2-7 Syawwal). Pendapat lain mengatakan bahwa kupatan adalah berasal dari kata kupat singkatan dari “ngaku lepat”, artinya adalah mengaku salah. Kupatan berarti ngaku kalepatan, mengakui banyak kesalahan.
Apapun makna dan filosofinya, kupatan merupakan bagian tradisi yang dimiliki bangsi ini khususnya Jawa. Dan kupatan telah menjadi hari raya ke-2 di bulan Syawwal setelah Idul Fitri. Secara sosiologis, seolah kupatan telah mengajarkan arti pentingnya saling bertemu dan saling mengakui kesalahan serta memaafkan satu dengan yang lainnya.